Thursday, July 24, 2014

Presiden Pilihan Rakyat

PRESIDEN RAKYAT ..... SELAMAT !!!

Oleh:
Audy WMR Wuisang

Jika syarat menjadi PRESIDEN adalah TAMPANG YANG TAMPAN atau POSTUR YANG GAGAH, maka bisa dipastikan JOKOWI akan gagal terpilih. Jika syaratnya adalah PENAMPILAN BERKELAS DAN PENUH GAYA, maka si tokoh GEMAR BLUSUKAN ini tidak memenuhi syarat. Jika syaratnya adalah punya KENDARAAN MEWAH, maka JOKOWI juga kalah (INNOVA Vs HELIKOPTER ??). Jangankan terpilih, menjadi CALON saja sudah akan sangat sulit.

Tetapi, faktanya JOKOWI yang berwajah 'NDESO, atau dituding sinis si KEREMPENG, gemar blusukan, justru yang MEMENANGKAN HATI RAKYAT. Diapun terpilih menjadi PRESIDEN RI untuk tahun 2014-2019 melalui pertarungan penuh intrik, penuh black champaign, penuh fitnah. Dengan segala macam gempuran dari kubu sebelah, JOKOWI mampu memenangi kompetisi secara meyakinkan. Berbeda sekitar 8 juta suara dibandingkan kompetitornya.

Mengapa JOKOWI? Pastilah banyak pendukung PRABOWO SUBIANTO-HATTA RAJASA yang bingung. Dibenak mereka, mungkin bertanya-tanya penuh keheranan: "Kok bisa ya orang yang tidak GAGAH, tidak MEYAKINKAN TAMPANGNYA, kerjanya blusukan melulu, bukan Ketua Partai Politik ........ tetapi memenangkan Pemilihan Presiden 2014 ini ...."?

Padahalnya lagi, pertanyaan itu tidak perlu. Bagi mereka yang senang mengamati fenomena politik, atau mereka yang belajar Ilmu Politik dan memiliki kepekaan, maka kemenangan JOKOWI adalah sebuah keniscayaan. Terutama, jika dihadapkan dengan tokoh-tokoh Calon Presiden RI yang tersedia di pentas politik sejak tahun 2013 atau bahkan 2012 lalu. Tetapi, bukan kemenangannya di Pemilihan Gubernur DKI yang membuatnya menang. Sama sekali bukan. Kemenangan dan ketokohan seorang JOKOWI memang terletak dalam dirinya. Dan ini yang kemudian bersimbiosis dengan realitas politik Indonesia pasca SBY. Artinya, dia hadir tepat pada waktunya.

Pertama kali melihat seorang JOKOWI di Universitas Indonesia beberapa tahun silam, ketika dia masih menjabat Walikota SOLO, tidak ada sama sekali yang berkesan. Penampilannya tidak meyakinkan. Dia datang dengan taxi dan turun dalam kesederhanaan dengan tidak menonjolkan "KEWALIKOTAANNYA". Tetapi, dia diundang untuk MENGAJAR waktu itu. "Walikota Solo ......." begitu bisik-bisik para mahasiswa/mahasiswi Pasca Sarjana Politik UI ........

Walikota Solo? wuaduh, ternyata sosok yang terkenal itu. Dan memang benar, dia terlihat sangat sederhana dan bersahaja serta juga rendah hati. Tidak menunjukkan dan sok-sok an sebagai seorang Pejabat di SOLO, tetapi tampil seadanya. Hanya, prestasinya di Solo, membuat dia menjadi fenomenal, dan akhirnya diundang untuk membagi pengalaman birokrasinya dengan para mahasiswa. "Beginikah tampilan Walikota itu ........."? ......."Seandainya ........." begitu saya berpikir dan mengandaikan para pemimpin Negeri ini berlaku dan bertindak. Penuh pengabdian tetapi tetap sederhana dan tetap rendah hati dan tidak sok kuasa. Tetapi, sungguh, saya sendiripun tidak pernah bermimpi bahwa sosok sederhana itu akan menjadi orang nomor SATU di Indonesia suatu saat nanti.

Dan, ketika dia akhirnya terpilih menjadi Gubernur DKI, pikiran liar untuk melihat dirinya sebagai seorang tokoh utama Republik Indonesia tiba-tiba muncul. Tetapi, tetap masih penuh dengan keraguan.
"Apakah mungkin ....."? begitu pikiran waktu itu. Tetapi, jika memang sudah "takdirnya", maka jalan akan selalu lapang terbuka. Dan ketika benar diapun terpilih menjadi calon Presiden dari PDI Perjuangan, saya segera yakin, tokoh sederhana, kerempeng dan tidak gagah, tetapi sederhana dan mencintai rakyatnya itu, pasti AKAN TERPILIH. Dia sedang MEMENUHI TAKDIRNYA.

Inilah Keunggulan Si Tokoh TIDAK GAGAH itu .......

Pertama, psikologi politik masyarakat INDONESIA sedang "muak" dengan pencitraan dan lambannya seorang Presiden SBY dalam mengambil keputusan. Kebetulan, anti thesis untuk keduanya (pencitraan dan kelambanan atau ketidaktegasan) ada dalam diri JOKOWI dan PRABOWO. Tetapi, keunggulan JOKOWI yang paling mencolok adalah KESEDERHANAAN dan kecintaannya kepada RAKYAT KECIL yang tidak dibuat-buat. Meski selama kampanye mati-matian Fadlo Zon dan Fachry Hamzah menuding semua itu adalah PENCITRAAN, tetapi rekam jejak dan kesederhanaan seorang JOKOWI tidak mungkin dipoles dan dipertunjukkan secara demikian alami.

Jokowi yang suka blusukan, bisa saja dipoles. Tetapi, semua penampilannya, semua dialognya dengan rakyat, kesediaannya duduk dan bicara berlama-lama dengan rakyat di tempat kumuh sekalipun, tidak akan bisa dibuat-buat. Bahkan kesaksian banyak orang, rakyat kecil terutama, tentang bagaimana Gubernur mereka mau berbagi makanan, duduk melantai bersama mereka, makan nasi bungkus bersama mereka, mendengar dengan tekun keluhan mereka, telah membuat orang-orang kecil ini DIBAYAR BERAPAPUN tidak akan mengalihkan pilihan dari JOKOWI. Dan, ini menular secara sangat luar biasa lewat PERS (termasuk TV ONE) ke seluruh pelosok Republik Indonesia.

Sudah cukup? Masih belum. Selain kesederhanaannya, JOKOWI juga menunjukkan dua sisi lain yang sangat menyentuh dan membangun kekuatannya menjadi lebih lengkap. Di Kota Solo, dia didampingi seorang Katolik sebagai Wakil Walikotanya, dan di Jakarta dia berduet secara serasi dengan seorang Kristen. Padahal, Katolik maupun Kristen bukanlah mayoritas di Solo dan Jakarta. Tetapi, fakta ini memperlihatkan komitmen pluralisme yang sangat kuat dalam tradisi, kepribadian, dan kehidupan seorang Jokowi. Dia tidak risih sama sekali berpasangan dengan wakil walikota ataupun wakil gubernurnya, karena memang tugas mereka adalah untuk semua orang, bukan untuk sekelompok ornag yang sama agama dengan dirinya.

Dan, sangat beruntung JOKOWI, karena semua Partai pendukungnya adalah Partai-Partai yang memiliki komitmen Nasionalisme yang sudah teruji: PDI Perjuangan, Partai NASDEM, Partai HANURA, PKB dan PKPI. Komposisi ini semakin menegaskan sikap toleran dan pluralis seorang JOKOWI, berbeda dengan rivalnya yang justru mengumpulkan dan menumpuk banyak kelompok garis keras di koalisinya. Bagaimanapun dan betapapun, realitas ini sangatlah penting. Karena sudah cukup lama dalam khasanah politik Indonesia dimengerti, bahwa kekuatan Nasionalis masih mayoritas di persada bernama Indonesia ini. Dan ini kembali terbukti dalam Pemilihan Presiden 2014 ini.

Dan kekuatan yang terakhir adalah, kemampuan dan kualitas personal seorang JOKOWI yang mampu menggerakkan banyak tokoh, musisi, budayawan, yang biasanya GOLPUT tetapi kemudian bergerak mendukungnya. INI SOAL KEINDONESIAAN, begitu yang bisa kita tangkap dari komitmen kelompok yang biasanya SENYAP dari dunia POLITIK ini. Tetapi, tengoklah, bagaimana kelompok ini mempertunjukkan kepada BANGSA INDONESIA, kekuatan galangan mereka di Gelora Bung Karno pada 12 Juli 2014. Tanpa dibiayai, masyarakat sekitar Ibukota memenuhi GBK dan menyanyikan serta menyorakkan dukungan kepada JOKOWI. Hari itu, genaplah kalimat JOKOWI: Jadikan PILPRES INI KEBAHAGIAAN.

Catatan khusus bagi para MUSISI dan BUDAYAWAN yang bergerak secara sukarela untuk kemenangan PASANGAN DUA JARI ........... Lagu SALAM DUA JARI benar-benar tertanam di benak rakyat Indonesia dan sangat membantu JOKOWI memenangkan PILPRES 2014 ini. Kelompok yang TURUN GUNUNG ini, benar-benar hadir bukan UNTUK KEPENTINGAN POLITIK MUSISI DAN BUDAYAWAN, tetapi karena memandang JOKOWI adalah HARAPAN RAKYAT INDONESIA. Tidak TIBA-TIBA mereka rela untuk mendukung. Catat: MENDUKUNG TANPA BAYARAN. Sebaliknya, mereka URUNAN membiayai semua acara yang mereka abdikan untuk kemenangan JOKOWI. Dan cara mereka sungguh jauh dari KEKERASAN, jauh dari FITNAH, jauh dari KAMPANYE HITAM. Mereka menginterpretasi secara tepat kalimat JOKOWI: Jadikan PILPRES ini sebuah KEGEMBIRAAN.

Luar biasa. Musisi dan Budayawan ini mengajari para POLITISI lewat serial acara mereka: KONSER KEBANGSAAN, ESTAFET KEBANGSAAN, dst ....... Mereka mengirim pesan, BERBEDA BOLEH, TETAPI LAKUKAN SECARA SANTUN. Bukan dengan teriak-teriak SINTING, PENCITRAAN, ANAK PKI, ANAK TIONGHOA, yang justru menghasilkan kegaduhan dan memecah rakyat Indonesia. Mereka cukup dengan LAGU, pesan mereka tersampaikan. Dan pilihan mereka itu, diganjar oleh kehadiran massa yang susah dihitung di GBK. Inilah sebetulnya salah satu KUNCI KEMENANGAN JOKOWI. Event dimana para MUSISI dan BUDAYAWAN mengajari para POLITISI agar SANTUN dan BERADAB. Mereka mengajari bagaimana BERDEMOKRASI dengan PENUH KEBAHAGIAAN.

Di atas semuanya, sejak awal, meski berbeda dengan beberapa kawan dekat, saya mengatakan JOKOWI PASTI AKAN MENJADI PRESIDEN. Psikologi politik, kebersahajaannya, bagaimana Pers menjadikannya pusat berita, bagaimana dia memperlakukan rakyatnya, semua adalah kombinasi yang mengantarnya menjadi PRESIDEN, bahkan sebelum proses PILPRES itu sendiri berlangsung.

Karena itu, ketika kemudian KPU menetapkan Pasangan JOKOWI-JK menjadi Presiden RI 2014-2019, maka JOKOWI layak disebut PRESIDEN RAKYAT dalam artian sebenarnya. Dia memenuhi takdirnya. Mereka yang mencintai rakyatnya, mendengar rakyatnya, membela rakyatnya dengan kebersungguhan dan dengan nurani mereka, pasti akan memenuhi takdirnya sebagai Pemimpin. Karena itu, SELAMAT bagi JOKOWI. SELAMAT PRESIDEN RAKYAT .......


Jakarta, 23 Juli 2014

No comments: